Bismillahirrahmanirrhaim...
Sesungguhnya ayat-ayat Quran dua macam, pertamanya ayat-ayat yang muhkamat dan yang keduanya ayat-ayat yang mutasyabihat. Maka makna ayat-ayat muhkamat itu yakni makna-makna ayat itu terang lagi nyata, kukuh ibaratnya daripada boleh tanggung takwil dan kesamaran, kerana terang dan nyata maknanya. Misalnya firman Allah ertinya: kata olehmu ya Muhammad, mari sekelian kamu, aku bacakan barang yang diharamkan oleh Tuhan kamu, maka firman Tuhan ini terang dan nyata maknanya tiada berhajat kepada takwil dan tafsir.
Adapun, ayat-ayat mutasyabihat yakni mempunyai kesamaran pada yang mendengarnya, kerana lafaznya serupa lafaz lainnya pada hal maknaya ada berlainan. Yakni tidak dapat faham maknanya. Seperti firman Allah Taala; الم; yakni tidak dapat faham dengan mudah-mudah, bahkan mendapatkan fahamnya dengan membanyakkan perhati dan تأمل, semacam mana ulamak mazhab khalaf. Maka mereka itu ditakwilnya akan ayat-ayat mutasyabihat itu akan sebagai takwil yang sohih. Misalnya seperti firman Allah Taala: الرحمان على العرش استوى . Bermula Tuhan yang maha murah itu di atas 'arshnya memerintah. Maka lafaz istiwa boleh beberapa makna. Boleh bermakna duduk, dan boleh makna memerintah. Maka jikalau ditaruh makna duduk maka tidak faham kerana firman Allah dengan ayat muhkamat ليس كمثله شيئ bererti: tiada seumpamanya sesuatu, maka jikalau ditaruh makna duduk sudahlah ia serupa dengan kita. Panjang lagi bicara keterangan ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat itu bolehlah dilihat di dalam tafsir-tafsir yang panjang, seperti Nasafi, Baidhawi dan lainnya.
Bersambung...
Orang yang bepegang dengan ayat-ayat mutasyabihat itu orang yang suka kacau.
waAllhua'lam...
Jika kebanyakan orang berpikiran bahwa ada kesulitan yang sangat dalam memahami ayat mutasyabihat maka saya berpendapat lain... sebaliknya yaitu sangat mudah ...kata kuncinya ialah "dzalika" yang menjadi kata pertama pada kitab suci alquran surat 2 ayat 2. Menurut kaidah bahasa manapun kata dzalika itu merefer ke belekang ...bukan ke depan .. sehingga dengan demikian maka alkitabu yang la rayba fihi itu adalah alif lam mim ... Masalahnya apakah kita mau menghitung ada berapa huruf yang dijadikan ayat itu ... ditempatkan di berapa surat ... kata apa yang ada setelah ayat mutasyabbihat dimunculkan ... dan apakah makna semuanya itu ... bagaimana membuat kesimpulannya ... nah ini memerlukan obrolan yang panjang dan keberanian melangkah "keluar" dari cara pandang yang telah berabad-abad dipakai ...